Halaman

Minggu, 13 Maret 2011

bahan pengawet



A. Pengertian bahan pengawet
Bahan pengawet makanan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan untuk mencegah atau menghambat menjadi rusak atau busuknya makanan.
Maksud dan tujuan dari pada penggunaan bahan pengawet makanan adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut.
B. Bahan-bahan pengawet yang diizinkan:
1. asam benzoat,[1]
2. asam propionat,
3. asam sorbat,
4. sulfur dioksida,
5. etil p-hidroksi benzoat,
6. kalium benzoat,
7. kalium sulfit,
8. kalium bisulfit,
9. kalium nitrat,
10. kalium nitrit,
11. kalium propionat,
12. kalium sorbat,
13. kalsium propionat,
14. kalsium sorbat,
15. kalsium benzoat,
16. natrium benzoat,
17. metil-p-hidroksi benzoat,
18. natrium sulfit,
19. natrium bisulfit,
20. natirum metabisulfit,
21. natrium nitrat,
22. natrium nitrit,
23. natrium propionat,
24. nisin, dan
25. propil-p-hidroksi benzoat.

BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN NAMUN KURANG AMAN
Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.
 *Kalsium Benzoat*
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin
(racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat
mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat
memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat
digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah,
sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada
penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat
bisa memicu terjadinya serangan asma.
 *Sulfur Dioksida (SO2)*
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering,
kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet
tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma,
mutasi genetik, kanker dan alergi.
 *Kalium nitrit*
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air.
Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam
waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk
mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet.

Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang
diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah
tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel
darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan
bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.

*Kalsium Propionat/Natrium Propionat*
Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk
mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan
untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang
disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan
berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan.
Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren,
kelelahan, dan kesulitan tidur.

*Natrium Metasulfat*
Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering
digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa
menyebabkan alergi pada kulit.

*Asam Sorbat*
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk
minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi
tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan
asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari
buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.

C. BAHAN PENGAWET YANG TIDAK AMAN

* Natamysin [2]
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan
mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.

* Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan
pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.

* Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening ,
keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa
menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
Selain itu zat pemicu kanker juga ditemukan pada makanan-makanan dengan
pengolahan yang tidak tepat. Contohnya, pemanasan dengan suhu tinggi dalam
jangka waktu lama bisa menghasilkan senyawa yang disebut *trans-fatty
acid*(TFA). “Cara menggoreng dengan menggunakan minyak goreng yang
sama secara berulang kali pun,” tutur Ndung, “bisa menimbulkan radikal bebas dalam
tubuh.” Jangan abaikan pula penggunaan pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin.
Walaupun pemakaiannya diizinkan, FDA (*Food and Drug Association* ) tetap
memberikan batasan-batasan. Untuk siklamat, penggunaan maksimalnya adalah
11mg/kg berat badan/hari, sedangkan sakarin 5 mg/kg berat badan/hari. Jika
dikonsumsi secara berlebihan, kedua senyawa ini bisa memicu kanker kandung kemih.

Saya solah menyontohkan pengawet Kalsium Benzoat pada produk minuman ringan yang amat digandrungi anak-anak. “Bagi anak-anak yang sehat mungkin tidak
berdampak apa-apa, tapi bagi anak-anak yang mengidap asma, kandungan bahan
pengawet ini bisa membuat asmanya kambuh.”
 Ciri-ciri Makanan Yang Mengandung Formalin
Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk mengenali pangan formalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa formalin.

Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin :

- Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius)

- Bau agak menyengat, bau formalin

- Tidak lenggket dan mie lebih mengkilap dibanding mie normal

Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin :

- Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celsius) dan tahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celsius)

- Tahu terlampau keras, namun tidak padat

- Bau agak menyengat, bau formalin

Ciri-ciri bakso yang mengandung formalin

- Tidak rusak dampai lima hari pada suhu kamar (25 derajat celcius)

- Tekturnya sangat kenyal

Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin :

- Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celsius)

- Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih

- bau sangat menyengat, bau formalin

ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin :

- Tidak mudah rusak lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 derajat celcius)

- Bersih cerah

- Tidak berbau khas ikan asin

3. Bagaimana Menyikapinya ?

Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehari-hari ini memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak mensikapi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak semua bahan makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli atau dipakai.

Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja industri yang memakai bahan formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain dan alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin kedalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengamanyang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata ditempat kerja yang berguna apabila terjadi kecelakaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.

Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi didalam tubuh, sangat tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya.



D.  Dampak Formalin Terhadap Manusia

Formalin merupakan zat toksik dan sangat iritatif untuk kulit dan mata. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagau xat beracun, karsinogen (penyebab kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Uap dari formalin sendiri sangat bebahaya jika terhirup oleh pernafasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan manusia. Untuk mata, seberapa encerpun formalin ini tetap iritatif. Jika tertelan maka seseorang tersebut harus segera diminumkan air banyak-banyak dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya.

Dampak buruk bagi kesehatan pada seseorang yang terkapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang langsung kronik (bertahun-tahun), antara lain sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernafasan baik berupa batuk kronis atau sesak nafas kronis. Formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan dikenal dengansebagai zat yang bersifat beracun untuk persyarafan tubuh kita (neurotoksik). Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitive, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan ganguan menstruasi dan infertilas

Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan seperti telah disebutkan diatas juga dapat terhirup oleh pernafasan kita. Oleh karena itu dengan kontak langsung denga xat tersebut tanpa menelannya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Bahkan pada penelitian binatang menyebabkan kanker kulit dan kanker paru.

 Bahaya penggunaan zat pengawet yang tidak diizinkan
sebagai contoh penggunaan formalin yang sering digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah dapat menyebabkan : kanker paru-paru, gangguan pada jantung, gangguan pada alat pencernaan, gangguan pada ginjal dll.

Penggunaan boraks atau pijer atau kie dapat menyebabkan : gangguan pada kulit, gangguan pada otak, gangguan pada hati dll.

Formalin (Formaldehyde solution), adalah suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan mineral 10-15 % sebagai pengawet.

Nama lain formalin : Formal, Morbicid, Methanol, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methyl aldehyde, Oxomethane, Formalin, Oxomethane, Karsan, Methylene glycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene dan Trioxane.

Penggunaan formalin : Pembunuh kuman, sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain; Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak; Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas; Bahan untuk pembuatan produk parfum;

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku; Bahan untuk insulasi busa; Pencegah korosi untuk sumur minyak dan Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).

Bahaya formalin pada kesehatan : Dalam jangka pendek (akut), bila tertelan formalin maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menekan, mual, muntah dan diare, dapat terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi, (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Disamping itu formalin juga menyebabkan kerusakan jantung, hati, otak, limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal. Jangka panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya tampak setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh. Timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa terbakar pada tenggorokan, dan rasa gatal di dada. Pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).

Tanda dan gejala keracunan formalin : Menyebabkan rasa terbakar pada mulut, saluran pernafasan dn perut, sulit menelan, diare, sakit perut, hipertensi, kejang dan koma. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat dan gangguan ginjal. Berdasarkan temuan patologis, formaldehid merusak jaringan dan menyusutkan selaput lendir, juga merusak hati, ginjal, jantung dan otak.

Pertolongan pertama pada keracunan formalin : Bila tertelan, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan lakukan rangsangan muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Bila gejala masih berlanjut bawa penderita ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.












Tabel.  Pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan[3]

Bahan Pengawet
Produk Pangan
Pengaruh terhadap Kesehatan
   Ca-benzoat
   Sari buah, minuman ringan,    minuman anggur manis,
   ikan asin
   Dapat menyebabkan reaksi    merugikan pada asmatis dan yang    peka terhadap aspirin
   Sulfur dioksida
   (SO2)
Sari buah, cider, buah    kering, kacang kering,    sirup, acar
   Dapat menyebabkan pelukaan    lambung, mempercepat serangan    asma, mutasi genetik, kanker
   K-nitrit
   Daging kornet, daging    kering, daging asin, pikel    daging
menyebabkan    kesulitan bernafas dan sakit    kepala,
   Ca- / Na-propionat
   Produk roti dan tepung
   Migrain, kelelahan, kesulitan tidur
   Na-metasulfat
   Produk roti dan tepung
   Alergi kulit
   Asam sorbat
   Produk jeruk, keju, pikel dll
   Pelukaan kulit
   Natamysin
   Produk daging dan keju
Dapat menyebabkan mual, muntah,   tidak nafsu makan, diare
   K-asetat
   Makanan asam
   Merusak fungsi ginjal
   BHA
   Daging babi segar dan    sosisnya, minyak sayur,    shortening, kripik kentang,    pizza beku, instant teas
   Menyebabkan penyakit hati dan    kanker.
E. Pengertian pola pikir
Terbentuknya pola pikir
Pengertian  Pola : model ; cara kerja ; sistem Pikir : akal budi, ingatan Berpikir : menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu Pola pikir : model berpikir atau cara menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu
pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak (workshop pengembangan jati diri dan pola pikir bagi para pejabat struktural dan fungsional 2003 )adalah pola yang menetap dalam pikiran bawah sadar seseorang ( mind setting, lpcd, 2005)

Pola pikir terbentuk karena “Imprint” adalah peristiwa masa lalu yang sangat membekas. Imprint dapat bersifat positip maupun negatip (International Thinking Training & Consultancy, Mind Setting, )

“Imprinting” (penanaman, pencapan) yaitu “satu reaksi tingkah laku yg diperoleh orang selama usia masih sangat muda dalam kehidupan”. Namun secara normal dapat dibebaskan oleh satu perangsang atau situasi yang cepat-cepat ditembakkan atau diberikan, sehingga ada reaksi mengikuti subyek lain, (J.P. Chaplin dlm Kartini Kartono, kamus lengkap psikologi, 2001)
“Imprint” sangat mempengaruhi “Pola Pikir” & “Kinerja” seseorang. Contoh : seseorang bijaksana atau rajin bekerja. (tergantung imprint-nya selama ini).
“Imprint” bisa berubah (tergantung pd individu ybs) Selain itu faktor “lingkungan” juga sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama “lingkungan keluarga” di mana seseorang dibesarkan.

Manfaat Mengubah Pola Pikir :

Manfaat Mengubah Pola Pikir Berpikir dan bersikap positip Meningkatkan hubungan kerja Komunikasi lebih efektif Mengembangkan potensi diri Bekerja optimal

Beberapa contoh Pola Pikir :

Beberapa contoh Pola Pikir Pola pikir yang menghambat : egois, bermalas-malasan, senioritas (lingkungan), sikap mental (ambtenar), negative thinking, konflik interest, like and dislike, kurang PD, tertutup, mencari kambing hitam, menunda pekerjaan, membuang waktu, dll. Pola pikir yang menunjang : kerja sbg ibadah, selalu memotivasi diri, optimis, percaya diri, kreatif, kerja cerdas, jujur, ulet, dapat dipercaya, tekun, dll.

F. Pengaruh bahan pengawet terhadap pola pikir siswa

            Jadi kesimpulan dari pembahansan di atas pengaruh bahan pengawet makanan terhadap pola piker siswa adalah bias mengurangi daya tangkap siswa pada pembelajaran. Selain itu dalam jangka yang panjang bias mengakibatkan melemahnya fungsi otak kita.

            Apalagi jika kita mengkonsumsi bahan pengawet yang berbahaya maka tubuh kita akan, sakit kepala, rasa terbakar pada tenggorokan, Timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah dan rasa gatal di dada.

Namun jika kita ingin menggunakan bahan pengawet dengan semestinya, maka  diperhatikan hal-hal penting berikut ini:
- Pilih pengawet yang benar/yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di Badan POM RI.
-  Bacalah takaran penggunaannya pada penandaan/label.
-  Gunakan dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.
-   Membaca dengan cermat label produk pangan yang dipilih/dibeli serta mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan yang   menggunakan bahan pengawet.

Ini adalah tips aman memilih makanan:

Apakah makanan yang dikonsumsi aman? Penulis  memberikan sejumlah tips untuk
menjadi acuan buat orang tua:

* Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari
warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok
ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga
dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan
daging segarnya.

* Jangan lupa cicipi juga rasanya. Biasanya lidah kita juga cukup jeli
membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak
aman umumnya berasa tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar.

* Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah
sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur
menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut
sudah kedaluwarsa.

* Bau juga aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah
rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.

* Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan
makanan tambahan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.

  • Ingat juga, kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu
    aman buat yang lainnya. Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini
    menimbulkan reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul
    jika konsumennya tidak memiliki riwayat alergi.

 

 






[3] 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI
N0. 722/Menkes/Per/IX/88
tentang Bahan Tambahan
Makanan.
2. Codex Alimetarius Commission
(CAC), USA (CFR), Australia dan
New Zealand (FSANZ)

Tidak ada komentar: